Zakat penghasilan adalah zakat yang dikeluarkan atas perolehan dari pengembangan potensi diri seseorang dengan cara yang sesuai syariat, seperti upah kerja rutin, profesi dokter, pengacara, arsitek, guru dll. Zakat penghasilan memiliki berbagai istilah seperti zakat profesi atau zakat pendapatan dan jasa sesuai dengan PMA no.52 tahun 2014.
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS Al Baqarah: 267).
Dari berbagai pendapat, dinyatakan bahwa landasan zakat penghasilan dianalogikan kepada zakat hasil pertanian yaitu dibayarkan ketika memperoleh hasilnya. Menurut PMA no.52 tahun 2014, zakat profesi ditunaikan pada saat pendapatan dan jasa diterima dan dibayarkan melalui amil zakat resmi.
Nishab zakat penghasilan senilai 653 kg gabah atau sebesar 524 kg beras (makanan pokok) (nilai ini setara dengan Rp5.240.000,-) dan dibayarkan dari pendapatan kotor. Sedangkan tarifnya dianalogikan kepada zakat emas dan perak yaitu sebesar 2,5 %, atas dasar kaidah “Qias Asysyabah”. Adapun cara menghitungnya sebagai berikut:
Contoh:
Penghasilan diterima setiap bulan sebesar Rp5.240.000, maka sudah wajib zakat. Jadi zakat yang dibayarkan adalah Rp5.240.000 x 2.5% = Rp131.000,-