Disini sekarang tinggal tidak lebih dari 30 Kepala Keluarga. Orang – orang lebih banyak memilih menetap di Kampung Desa Ranggung. Hanya sedikit orang yang mempunyai alasan tetap bertahan di dusun yang mempunyai akses berliku – liku ini.
Akses yang sulit membuat kebutuhan pendidikan, kesehatan dan kebutuhan sehari – hari sangat minim. Listrik pun hanya menyala beberapa jam dalam satu hari.
Setiap satu kali dalam satu minggu, salah satu warga harus berkunjung ke desa yang perjalanannya harus melewati sungai dengan menggunakan perahu dayung selama kurang lebih 30 menit dan dilanjutkan dengan berjalan kaki hingga ke desa. Hal ini dilakukan untuk membeli solar yang akan digunakan sebagai bahan bakar generator listrik.
“Disini, jangankan sehat, mati saja susah”, ungkap Pardi, salah satu warga yang pernah tinggal di dusun Pangkalan Batu.
Setiap warga yang meninggal, akan dimakamkan di Desa Ranggung. Untuk membawa jenazah tersebut, warga akan bergotong royong memikul jenazah mulai dari dusun ke sungai, kemudian dinaikkan ke perahu, kemudian dipikul kembali dengan berjalan kaki hingga ke pemakaman di Desa Ranggung. Tanpa Mobil Ambulance karena akses jalan yang begitu memprihatinkan.