Kesadaran berzakat dan berinfak masyarakat Indonesia sudah besar, terbukti dengan tingginya respon terhadap gerakan sosial yang banyak digerakkan secara spontan.
Namun kebanyakan memberikan langsung kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat), bukan melalui amil (organisasi pengelola zakat resmi) seperti BAZNAS. Padahal potensi zakat yang begitu besar akan memiliki manfaat yang signifikan dalam mengentaskan kemiskinan bangsa.
Ketua BAZNAS, Prof. Dr Bambang Sudibyo menyampaikan visinya di depan Pemimpin Redakai Media Indonesia, Usman Kansong dan Pimpinan MetroTV, Suryopratomo agar dana zakat dapat menjadi instrumen fiskal.
“Sebab potensi zakat sesuai riset pada tahun 2011 sebesar Rp217 Triliun. Jumlah itu jika dihitung pada tahun 2014 diperkirakan setara dengan Rp. 274 Triliun,” katanya.
Potensi zakat dari 2011-2014 itu setara dengan 3,4 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sehingga dapat menjadi salah satu sumber keuangan negara.
Beberapa pihak memprediksi pada tahun 2040, Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia terbesar setelah China, Amerika dan India. Dana zakat dapat berkontribusi signifikan sebab beberapa penelitian menunjukkan dana zakat dua tahun lebih cepat untuk mengentaskan kemiskinan.
Namun hingga saat ini realisasi dana zakat yang terkumpul baru sekitar 1 persen dari potensi tersebut, masih jauh dari harapan. Oleh karena itu butuh dukungan dari media untuk menyampaikan pesan berzakat melalui amil resmi sehingga potensi zakat yang begitu besar dapat terwujud.
Suryopratomo mengatakan, kampanye zakat perlu dilakukan di media, termasuk televisi berulang kali agar menjadi perhatian penonton. Sehingga pesan zakat dapat tersampaikan. Bentuk kampanye dapat dibuat kreatif agar penonton dapat tertarik untuk menyimaknya.
Sumber : Media Indonesia, Senin 09 November 2015