Ryan Rahmat menjadi potret membanggakan bagi para muzaki (pembayar zakat) sekaligus mustahik (penerima zakat) BAZNAS Kabupaten Batusangkar, Sumatera Barat. Betapa tidak, hanya dalam kurun waktu dua tahun ia “melompati” garis imajiner, dari semula menerima dana zakat sebagai bantuan modal usaha kecil-kecilan, kini berbalik mampu menunaikan zakat.
Lulusan perguruan tinggi di Yogyakarta ini pernah merantau hingga ke Papua, sebelum akhirnya pulang ke kampung halamannya memulai usaha kecil-kecilan dari nol. Berbeda dengan sajian Ranah Minang pada umumnya, ia mencoba berdagang Mendoan, tempe yang digoreng setengah matang.
Awal mulanya, Ryan menjual mendoan ke kantor-kantor dan sekolah di sekitar tempat tinggalnya. Tak dinyana, makanan khas Jawa Tengah ini justru disukai sehingga usaha Ryan berkembang pesat. Ryan menambah ilmu usahanya dengan mengikuti pelatihan usaha di bidang ekonomi, peternakan dan pertanian bagi para mustahik yang diselenggarakan oleh BAZNAS Kabupaten Batusangkar.
Sebelum mendapatkan bantuan, Ryan hanya mampu memperoleh omzet sebesar Rp.100.000,- per hari. Setelah mendapatkan bantuan tambahan modal dari BAZNAS, omzet Ryan terus meningkat. Pada kali ketiga pengajuan modal, BAZNAS tidak lagi memberikan modal usaha melainkan memberikan pinjaman tanpa bunga (Qordul Hasan) sebesar Rp.7.500.000,- kepada Ryan. Dengan pinjaman ini Ryan mampu meningkatkan omzetnya hingga Rp.500.000,- perhari dan menjadi langganan tetap para pegawai di sekitar kantor Kabupaten Batusangkar.
Kesadaran berbagi pada diri Ryan perlahan tumbuh setelah membaca buku-buku tentang manfaat zakat dan sedekah sehingga ia mulai merasa wajib untuk berzakat, walaupun selama ini dia sudah bersedekah. Untuk itulah sejak bulan Desember 2014 Ryan mulai rutin menunaikan zakat melalui BAZNAS Kabupaten Batusangkar. Saat berbagi cerita inspiratif ini, Ryan sempat berpesan, “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Jangan tunggu kaya dulu, tapi ubahlah mental menjadi mental memberi.” (Media Indonesia, 16 Februari 2015).