Oleh Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, M.Sc
Ketua Umum BAZNAS
Perjalanan waktu telah mengantarkan kita menjelang pertengahan bulan Sya’ban, yang berarti semakin dekatnya Ramadhan 1435 H. Sepanjang tuntunan sunnah Rasulullah SAW di dalam Hadis yang shahih tidak ditemukan bimbingan praktis ibadah yang khusus untuk dilakukan di bulan Sya’ban, tetapi setiap muslim perlu menyiapkan diri secara ruhani untuk menyambut datangnya Ramadhan sebagai “bulan tarbiyah” yang paripurna bagi umat Islam.
Setidaknya ada dua wujud keshalehan yang dibentuk melalui ibadah yang disyariatkan dalam ajaran Islam, yaitu shalat, zakat, puasa maupun ibadah haji, yaitu keshalehan individual dan keshalehan sosial. Secara individual seorang yang taat beribadah dilatih kualitas dirinya agar menjadi pribadi yang ikhlas, jujur, amanah serta memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan sekitarnya.
Seorang muslim, tidak cukup hanya menjadi orang baik untuk dirinya sendiri saja. Kita diperintahkan untuk menempatkan diri yaitu menjadi cermin kebaikan bagi sesama, mengajak orang lain berbuat kebaikan dan menjauhi segala bentuk keburukan. Rasulullah SAW bersabda, “Jangan kamu mengikuti arus, menjadi baik karena orang banyak berbuat baik, menjadi buruk karena orang banyak berbuat keburukan. Tetapi hendaklah kamu teguhkan pendirian. Sekiranya orang banyak berbuat baik, kamu juga baik, dan sekiranya mereka tidak baik, maka perbaikilah mereka.” (HR At Tirmidzi).
Perbuatan baik dan menghindari kemungkaran akan mengundang turunnya rahmat Allah SWT, sehingga setiap permasalahan yang dihadapi oleh hambanya akan selalu diberikan jalan keluar, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al Quran Surat At Taubah ayat 71, ”Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)yang maruf mencegah yang mungkar. Mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;Sesungguhnya Allah Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana”.
Dewasa ini kehidupan berbangsa dan bernegara membutuhkan kepemimpinan yang mampu memberi keteladanan kepada masyarakat dan bangsa yang dipimpinnya. Keteladanan sebagai pemimpin dan di saat memimpin tidak sulit jika dibentuk melalui keimanan, ketakwaan, dan ketaatan beribadah kepada Allah secara kontinyu atau terus menerus.
Di sisi lain, keshalehan sosial, seperti sifat peduli, empati pada sesama serta sifat suka menolong orang lain yang sedang mendapatkan kesulitan, perlu dilatih agar menjadi bagian dari kualitas diri sebagai muslim. Rasulullah SAW menyatakan dalam sebuah hadits, bahwa Allah SWT akan menolong hamba-Nya selama hamba itu mau menolong sesamanya. Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang sedang mendapatkan kesulitan, maka Allah SWT akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat nanti.
Untuk itu mari terus kita pelihara semangat beribadah yang harus semakin meningkat dari waktu ke waktu. Penguatan keshalehan individual dan kesalehan sosial, dalam arti terbentuknya pribadi yang shaleh dan memiliki kepedulian sosial perlu mendapat perhatian kita semua. Tidak diragukan bahwa hanya dari kumpulan pribadi yang shaleh dan peduli diharapkan akan lahir masyarakat dan bangsa yang bermartabat.
Dalam kaitan itu Islam mengajarkan bahwa seluruh aktivitas manusia hendaknya senantiasa dikaitkan dengan Allah. Seluruh hidup, seluruh ibadah dan amaliah kita semata-mata harus ditujukan hanya kepada Allah SWT. Ibadah yang berkualitas hasilnya adalah kualitas hidup, ketenteraman, kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin. Wallahu a’lam bishawab.